1886

Koleksi Museum Nasional. Mobil berbahan bakar minyak pertama yang diproduksi Mercedes Benz. Dok. Pribadi.

Sambil duduk dipinggir jalan yang ramai menjelang maghrib, aku sering berbincang tanpa arah sambil sesekali bergantian menghisap tembakau dan menyesap secangkir kopi hitam bersama Husni, kawan karibku sesama pegawai Pos. Desember 1886, aku ingat suasana sore itu karena terlihat banyak cemara buatan di toko dan rumah-rumah orang Belanda.

Sesekali kami bergurau, merasa beruntung karena kami bagian dari sedikit pribumi yang sudah mengenal aksara. Pelajaran itu kami dapat secara tidak sengaja. Pekerjaan kami sebagai kurir surat, mau tidak mau membuat kami harus bisa membaca. Atasan kami, Tuan William yang bengis itu mengancam. Kalau dalam tiga bulan kami gagal mengingat huruf, kami akan kembali jadi kuli tandu di Meester Cornelis.

“Aku tak ingin kembali jadi tukang gotong Hus” kataku. “Bertahun-tahun kita gotong tandu yang dinaiki Tuan dan Nyonya kulit putih. Kalau sial datang, kita angkat tandu kulit sawo matang yang tak ada beda kulitnya dengan kita”. Lanjutku sambil terus menggerutu.

“Tenang saja, kan kita sudah tidak lagi buta huruf. Kita ini kurir surat, kurir surat! Tak banyak pribumi yang bisa seperti kita!” Kata Husni penuh semangat. “Lagipula aku tak sengaja membaca salah satu surat yang dikirimkan kolega salah satu tuan Belanda dari negerinya sana. Bahwa telah ada kendaraan roda yang tak butuh tenaga manusia atau kuda, orang-orang Prusia telah membuatnya. Roda-roda itu digerakkan oleh minyak, kawan. Coba kau bayangkan, kendaraan berminyak!” Sambung Husni tambah semangat.

“Ah, aku belum bisa membayangkan Hus. Orang seperti kita ini jauh dari nasib baik. Bisa membaca saja sudah bagus. Tak usahlah kita mimpi menaiki roda-roda berminyak itu. Mereka yang biasa digotong diatas tandu, akan jadi kalangan pertama yang mampu memilikinya. Sedangkan kita? Jika bukan karena kemurahan hati Tuan William, kita tak pernah kenal sepeda”. Cetusku.

Kami diam. bersamaan dengan hisapan terakhir tembakau yang sudah habis. Lalu bangkit dan pulang.

-FA-

Tinggalkan Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s