ADA YANG TIADA

Petikan gitar terdengar lirih. Berantai setangkai demi setangkai mengeluarkan serangkai. Jari jemari tandas pada satu notasi sedih yang melarut air hingga jatuh menyentuh senar. Tak bisa berlanjut pada lagu berikut.

Tak perlu lirik untuk mengucapkan kekecewaan yang entah pada siapa atau apa. Cukup lagu yang teralun tanpa perlu merdu. Asalkan suara lirih itu keluar dari dada yang sesak. Pada saatnya akan sampai juga pada telinga yang jeli menangkap kesepian di tengah keramaian.

Bayang-bayang tak pernah pergi. Mereka terus bersembunyi di dalam sukma. Merajut semua kemungkinan tanpa sanggup keluar sebagai kata apalagi kenyataan. Tak selamanya diam adalah diam. Sepi yang terdengar lantang lebih berbahaya dari kata yang sempat diteriakkan.

Kita pernah bersama-sama pada satu waktu dan tempat yang penuh keheningan. Lalu berpisah demi keramaian yang fana. Dan kelak akan kembali lagi pada keheningan. Sendiri-sendiri. Abadi.

Apa susahnya sepi yang sementara ini? Toh kelak kita akan sampai pada sunyi yang abadi. Tak ada satupun peristiwa yang pantas berubah menjadi keresahan. Pun jika ada bulir air yang jatuh dari mata, ada getar dalam dada yang berdebar-debar, ada perih yang bersemayam dalam tubuh, ingatlah semua itu fana.

Petiklah senar yang lirih itu. Petiklah selirih mungkin. Bersenandunglah dengan suara yang perih itu. Muntahkan lirik kata yang terlalu lama bersembunyi entah dimana. Serangkai demi serangkai, setangkai demi setangkai, akan sampai pada puncak kehidupan yang entah apa rasanya. Tak pasti bahagia, tak tentu sedih, tak ada yang tahu. Diujung sana yang ada hanya tak ada.

-FA

Tinggalkan Komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s